LAYANG - LAYANG
Ku-ulur benangnya
Agar dapat mengudara dengan bebas
Pada angin kuserahkan liukkannya
Kutarik benangnya
Agar dapat bertahan
Pada matahari kutitipkan kilauan indahnya
Layang-layangku elok dan lincah
Senyumku tak pernah lepas memandangnya
Layang-layangku yang paling indah
Banyak yang ingin memilikinya
Tapi tak akan pernah kulepas layang-layangku
Karena hanya ada satu-satunya
Aku akan menangis bila layang-layangku terkoyak
Tapi angin
Kenapa kau terbangkan layang-layang dari tanganku ?
Engkau tahu
Aku pasrahkan engkau menuntun layang-layangku
Kuserahkan liukan layang-layangku padamu
Kenapa kau lakukan itu padaku ?
Angin
Kemana aku harus mengejar dan mencari layang-layangku ?
Aku tidak lagi dapat menangis
Air mataku sudah habis
Suaraku pun sudah habis untuk mencari layang-layangku
Singosari, 27 Juli 2009
AKU TAK PUNYA RASA LAGI
Ciumlah aku
Dingin yang akan kau rasakan
Peluk erat-erat tubuhku
Bak memeluk sebongkah es rasamu
Kecup bibirku
Butiran-butiran es akan terasa olehmu
Elus lembut jemariku
Tak lagi berdarah rasanya
Putih... berbayang
Biru... berbayang
Campur baur berterbangan
Namun satupun tak termakna
Bisikkan sesuatu padaku
Hanya hening bergayut
Tatap lekat-lekat mataku
Hanya bayang tak jelas yang tampak
Sebenarnya aku tahu
Kemana perginya
Pipi lembutku
Dan juga hangat tubuhku
Aku juga tahu
Dimana ranum bibirku tersimpan
Serta
Lentik jemariku berada
Putih... berbayang
Biru... berbayang
Tajamkan mata untuk dapat memandang
Namun tetap tak temukan apa-apa
Semua kosong
Semua hampa
Kosong... hampa
Apa bedanya
Sakitku tak lagi berdarah
Rinduku tak lagi membiru
Tubuhku tak lagi hangat
Aku tak lagi rasakan apa-apa
Singosari, 14 Juni 2009
A N A K - K U
Wahai belahan jiwa kami
Tahukah kalian
Bahwa dunia ini adalah milik kalian ?
Usah kalian merengek
Agar kami meletakkan bintang di tangan kalian
Kami yang akan memetik bintang itu
Tanpa kalian meminta apalagi sampai merengek
Wahai butiran-butiran intan permata kami
Mengertikah kalian
Bahwa dunia ini adalah milik kalian ?
Akan kami bungkus matahari
Dengan hiasan-hiasan pita nan indah
Untuk kami berikan pada kalian
Agar hilang duka dan penat di wajah kalian
Duhai belahan jiwa kami
Mengertilah
Bahwa tawa kalian adalah
Nafas bagi kehidupan kami
Duhai butiran-butiran intan permata kami
Fahamilah
Kalau duka dan tangis kalian adalah
Kematian bagi jiwa kami
Singosari, 13 Juni 2009
B A L I
Ada jejak yang tertinggal di hamparan pantaimu
Aku tahu
Itu adalah jejakku
Ada aroma yang masih menyeruak lembut
Di batang-batang bambumu
Itulah yang tertinggal dariku
Kini aku kembali
Untuk menata jejak di hamparan pantaimu
Agar elok dipandang
Aku juga kembali ke rumpun bambumu
Untuk mengumpulkan sejumput demi sejumput
Aromaku yang tertinggal
Jejak itu telah menjadi puzzle
Rumit
Namun indah
Aroma itu telah menyatu dengan darahku
Mengalirkan kesegaran
Di tiap pori-pori ragaku
Saat kubingkai puzzle dalam lamat-lamat kenangan
Terasa kuat tertancap
Hiasi dinding hatiku
Timbulkan keelokan kahyangan
Saat aliran darahku mengalir ikuti irama waktu
Terasa jiwa ini di terangi selaksa kunang-kunang
Menyeruak keluar
Tebarkan aroma surgawi
Singosari, 13 Juni 2009
SUARA HATI
Suara hati adalah teman sejati bagi kita
Dia tidak pernah
Dan tidak akan pernah menjadi pengkhianat bagi kita
Kitalah yang selalu mengkhianatinya
Kasihnya pada kita tulus
Saperti kasih-Nya pada siapa dan apapun
Sering kita berlari menghindarinya
Tapi kata hati selalu memanggil kita
Dengan suara dan tatapannya yang lembut
Saat kita berontak terhadapnya
Kata hati selalu merangkul dan mendekap hati kita dengan kasih
Sudah saatnya kita berdamai dengan kata hati
Mudah mengucapkannya
Namun teramat berat melakukannya
Tapi percayalah pada kata hati
Bahwa dia akan menjadi penuntun kita yang setia
Kata hati akan setia hingga waktu menjemput kita
A Y A H
Kayuhan nafasmu adalah jalanku
Tak peduli rambut kian memutih
Tak hiraukan letih jiwa raga
Tulang punggung bagi kami
Helaan nafasmu kian berderit
Setua engsel usang
Andaikan selaksa bintang dapat kupetik
Aku akan memetiknya untukmu
Ayah
Sembah sujudku padamu
Cawang, 9 Maret 1989
K E C E W A ( 2 )
Laksana petir menyentak kalbu
Luluh lantak tak bersisa
Air mata darah turut campur
Warnanya tak lagi jingga
Tapi ungu menjelang hitam
Belasan tahun bermain dengan asa biru
Biru yang tak kunjung menjadi putih
Ketika petir mengoyak kalbu
Hilang semua
Tak berbekas
Bahagia dan sedih silih berganti
Namun teramat banyak kesedihan menjelang
Bahagia sekejap
Asa yang menahun
Ketika petir menggedor kalbu
Hancur
Dan sirnalah semua
Cawang, 29 September 1993
JALAN MENUJU KERAJAAN - MU
Tuhan...
Ketika aku berdzikir atas nama-Mu
Lewat dihadapanku seorang wanita bermuka menor
Ia tersenyum genit
Ingin rasa kudekap erat
Tuhan
Ketika ku bertahajud atas diri-Mu
Kudengar tawa sepasang manusia bercumbu melewati malam
Membuat aku nanar
Nyaris membuatku terkapar
Ya Allah
Ketika antara batas mulai merapuh
Engkau berdiri di depanku
Dan ketika angan semakin mengembara
Cahaya-Mu menerpa wajahku
Engkau buka pintu kerajaan-Mu untukku
Engkau jamu aku dengan kenikmatan tak berbatas
Engkau hapus semua lelahku
Ya Illahi
Telah sampai aku di nirwana-Mu
Cawang, 29 September 1993
SAJAK IKAN - IKAN
Liukkan tubuhmu
Bangkitkan gairah
Kibasan ekormu
Ciptakan mimpi jadi nyata
Wahai :
Kenapa sisikmu tanggal satu - persatu
Tinggal kulit berbalut derita
Tinggal asa yang menyeruak
Andai bisa
Kan kupasang sisikmu
Satu - persatu
Sehingga kebahagiaanmu menjadi genap
Goyang
Goyangkan tubuhmu
Akan kami ikuti iramamu
Semampu kami
Cawang, 8 Maret 1994
SAJAK IKAN - IKAN ( 2 )
Hentakkan siripmu
Goncangkan dunia
Liuk tubuhmu
Taklukan jagad
Dalam pekat
Dahaga menyibak
( merobek tirai waktu...
mengoyak pintu tirani )
Gelembung dari mulutmu
Segarkan jiwa yang letih
Hangatkan wajah lesi
Goyang
Goyangkan tubuhmu
Kami bersujud
Cawang, 5 Juni 1989
TITIP RINDU
Bersama angin yang berhembus
Atas kehendak-Mu
Sampaikan salam takzimku pada Beliau
Bersama awan-awan yang berarak
Atas izin-Mu
Bawalah butiran-butiran air mata rinduku pada Beliau
Dengan bantuan lidah-lidah burung
Atas perintah-Mu
Sampaikan mohon ampunku pada Beliau
Terlalu lama aku berjalan
Letih teramat sangat menderaku
Hingga aku tergelincir jauh
Lebam berlumpur ragaku
Kering jiwaku
Tak ada lagi keelokan yang tersisa
Atas bantuan hujan
Yang tunduk patuh pada-Mu
Basuhlah aku
Singosari, 2 Juli 2009
G A S I N G
Putar... putar... putar...
Ikuti putarannya
Rasakan sensasi ajaibnya
Pusing... pusing... pusing...
Jangan berhenti berputar
Rasakan irama magisnya
Ikuti terus iramanya
Liukkan badan ke kiri- ke kanan
Putar ke depan... balik belakang
Semakin dia cepat
Kejarlah dengan segala dayamu
Semakin dia liar
Garangkanlah gerakanmu
Teruslah berputar
Teruslah bergerak liar
Saat sensasinya memudar
Pudar juga dayamu
Singosari, 28 Maret 2009
B U N D A
Butiran-butiran mutiara kasihmu
Hapuskan resahku
Untaian permata sayangmu
Satukan bahagiaku yang sempat tercecer
Tanganmu tak lagi selembut beludru
Namun kurasakan kehangatan yang semakin mengental
Kakimu tak lagi semulus satin
Namun kuhirup aroma kesturi di sana
Jejak-jejak yang kau tinggalkan
Adalah penopang jalan gelapku
Angan yang kau sematkan di antara gemintang
Adalah deretan do'a-do'a bagi langkahku
Kulabuhkan jiwa ini padamu
Semakin kering rasaku
Karena aku merasa
Tak pernah menjadi pelabuhan teduh bagimu
Hanya noktah-noktah kelam yang kupintal untukmu
Dan aku selalu memaksamu
Untuk mengalungkan hasil pintalanku
Di lingkar leher rapuhmu
Singosari, 14 Mei 2009
SELARIK SELENDANGMU
Selarik selendangmu
Lembut melambai bak tangan sang dewi
Menaburkan aroma kesturi nan syahdu
Selarik selendangmu
Malu-malu mendekap bening kulitmu
Sehingga kerlingmu pun seakan ikut malu
Menambah dahagaku semakin memberontak liar
Selarik selendangmu
Lembut melekat
Membiaskan lukisan dewata nan rupawan
Rasuki hasrat manusiawiku untuk menyibaknya
Selarik selendangmu
Kokoh membungkus bening wajahmu
Seakan menjagamu dengan kelembutan
Berlapis benteng kokoh
Wahai rembulan malam
Yang malu bersanding denganmu
Bisikkan padanya
Agar ia mau menyibakkan selarik selendangnya barang sejenak
Rayulah bidadariku
Biar dia tahu
Bahwa ada jiwa hampa yang mulai letih
Dan ada satu raga yang mulai lunglai
Singosari, 14 Mei 2009
No comments:
Post a Comment